Tiga Golongan Manusia Setelah Idul Adha: Menuju Takwa dan Keberkahan

Daftar Isi


Sumber Photo

1. Bersyukur atas Nikmat Iman dan Idul Adha

Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat iman dan kesempatan menjalani Jumat bertepatan dengan 10 Dzulhijjah 1446 H, atau sekitar 3 Juni 2025. Di antara hamba Allah yang mengaku beriman, kita diberi kemampuan membuktikan iman melalui shalat Jumat berjamaah. Hari ini, yang bertepatan dengan Idul Adha, adalah momen mulia untuk meningkatkan ketakwaan. Idul Adha bukan sekadar ritual, tetapi peluang meraih kedekatan dengan Allah, sebagaimana dijanjikan dalam Al-Qur’an.

Surah Al-Baqarah (2) ayat 197 berfirman: “Haji itu pada bulan-bulan yang telah ditentukan... Maka barang siapa yang telah memulai ibadah haji, janganlah ia berkata kotor, berbuat fasik, dan bertengkar...” Momen ini mengajak kita menjaga perilaku, memperbanyak kebaikan, dan mempersiapkan hati untuk takwa, baik melalui haji, qurban, atau ibadah lainnya.

Poin Penting:

  • Bersyukur atas iman dan kesempatan Jumat-Idul Adha.
  • Surah Al-Baqarah (2):197 ajak jaga perilaku saat ibadah.
  • Idul Adha peluang tingkatkan takwa dan kebaikan.

2. Golongan Pertama: Mereka yang Meraih Takwa

Setelah Idul Adha, manusia terbagi menjadi tiga golongan. Golongan pertama adalah mereka yang berhasil menjalani proses dari awal Dzulhijjah hingga akhir, termasuk hari tasyrik (11-13 Dzulhijjah). Mereka menjalankan puasa sunnah, shalat, qurban, atau sekadar merenungi makna ibadah dengan sungguh-sungguh. Al-Qur’an menyebut mereka sebagai golongan bertakwa, yang meraih kedekatan dengan Allah, sebagaimana dalam Surah Al-Hajj (22) ayat 37: “Daging (qurban) dan darahnya itu tidak akan sampai kepada Allah, tetapi ketakwaan dari kamu yang sampai kepada-Nya...”

Takwa ini terwujud dalam haji yang puncaknya di hari Arafah, qurban yang dilakukan dengan tata cara penuh kesadaran, atau puasa yang melatih kesabaran. Golongan ini menjaga kebaikan hingga akhir hayat, memastikan setiap ibadah menjadi bekal di hadapan Allah setelah kematian.

Poin Penting:

  • Golongan pertama raih takwa melalui ibadah Idul Adha.
  • Surah Al-Hajj (22):37 tekankan takwa sebagai inti qurban.
  • Ibadah sungguh-sungguh jadi bekal akhirat.

3. Golongan Kedua: Yang Biasa-Biasa Saja

Golongan kedua adalah mereka yang merugi karena biasa-biasa saja. Mereka menjalani Idul Adha seperti hari biasa, tanpa perubahan pada diri. Shalat lima waktu tetap, baca Al-Qur’an rutin, tapi Idul Adha tak meninggalkan bekas. Mereka ikut shalat Id, menyembelih qurban, atau menonton prosesi, namun tak merenungi maknanya. Hadis riwayat Muslim menyatakan: “Barang siapa yang beramal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik...” Sayangnya, golongan ini tak memanfaatkan momen untuk meningkatkan iman.

Idul Adha adalah kesempatan emas menambah takwa, tetapi jika dilewatkan begitu saja, mereka merugi. Surah Al-Baqarah (2) ayat 2-5 menegaskan: “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa...” Golongan ini perlu introspeksi agar tak sekadar ikut-ikutan, tetapi benar-benar berubah jadi lebih baik.

Poin Penting:

  • Golongan kedua merugi karena tak berubah pasca-Idul Adha.
  • Surah Al-Baqarah (2):2-5 petunjuk hanya untuk bertakwa.
  • Manfaatkan Idul Adha untuk tingkatkan iman (HR. Muslim).

4. Golongan Ketiga: Yang Celaka karena Maksiat

Golongan ketiga adalah yang celaka, memilih bermaksiat meski diberi kesempatan Idul Adha. Mereka tetap korupsi, menipu, atau merampok setelah hari raya. Pejabat yang kembali korup, orang kaya yang menzalimi, termasuk dalam golongan ini. Surah Al-Humazah (104) ayat 1-3 memperingatkan: “Celakalah setiap pengumpat dan pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya, dia mengira hartanya dapat mengekalkannya.” Maksiat ini menjauhkan mereka dari takwa dan keberkahan.

Idul Adha seharusnya mengajarkan keikhlasan berbagi, seperti qurban, dan kedekatan pada Allah. Namun, golongan ini mengabaikan pelajaran, memilih jalan kerugian. Mereka perlu bertaubat, kembali ke jalan takwa, agar tak termasuk yang celaka di dunia dan akhirat.

Poin Penting:

  • Golongan ketiga celaka karena pilih maksiat pasca-Idul Adha.
  • Surah Al-Humazah (104):1-3 peringatkan bahaya maksiat.
  • Taubat kunci kembali ke jalan takwa.

5. Menjadi Golongan Bertakwa: Sukses Dunia-Akhirat

Idul Adha, terutama saat bertepatan dengan Jumat, adalah momen memperbaiki diri menuju golongan pertama: bertakwa. Surah Al-Baqarah (2) ayat 5 menegaskan: “Mereka itulah yang mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” Takwa berarti iman hari ini lebih baik dari kemarin, besok lebih baik dari hari ini. Tingkatkan shalat fardu dengan sunnah, perbaiki kekhusyukan, gemar berinfaq, baca Al-Qur’an, dan pelajari kisah para nabi untuk inspirasi.

Belajar dari Fir’aun, hindari penyelewengan jabatan. Dari Nabi Musa, sabar hadapi cobaan. Dari Nabi Ayub, tabah saat sakit. Setiap ibadah—makan, minum, bekerja—bisa bernilai ibadah dengan niat ikhlas. Doa haji, “Rabbana taqabbal minna innaka antas-sami‘ul-‘alim,” mengajarkan memohon penerimaan amal. Mari jadikan Idul Adha 1446 H titik balik jadi pribadi mulia, bahagia dunia (hasanah) dan akhirat, menuju keberkahan sejati.

Poin Penting:

  • Surah Al-Baqarah (2):5 janjikan petunjuk bagi bertakwa.
  • Tingkatkan iman: shalat, infaq, pelajari Al-Qur’an.
  • Idul Adha 1446 H peluang wujudkan sukses dunia-akhirat.

Posting Komentar