Rahasia Hidup Ikhlas ala Rasulullah Menurut Al-Qur’an
Rahasia Hidup Ikhlas ala Rasulullah Menurut Al-Qur’an
Pernahkah kamu merasa hidup ini seperti lomba tanpa akhir, mengejar target duniawi yang sering kali membuat hati gelisah? Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW menawarkan panduan hidup yang membawa ketenangan sejati: mengikuti “kurikulum hidup” Rasulullah. Dengan meneladani kebiasaan sederhana seperti cara bangun tidur, berdoa, dan merencanakan hari, kita bisa mendekatkan diri kepada Allah dan meraih cinta-Nya. Kisah seorang pemuda yang mengubah hidupnya dengan sunnah menginspirasi kita untuk hidup ikhlas. Mari kita jelajahi rahasia ini melalui ayat-ayat suci dan langkah praktis.
1. Mengikuti Sunnah: Jalan Menuju Cinta Allah
Mengikuti sunnah Rasulullah bukan sekadar kebiasaan, tetapi jalan untuk meraih cinta Allah. Dalam Surah Ali Imran (3) ayat 31, Allah berfirman: “Katakanlah: ‘Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.’” Ayat ini menegaskan bahwa meneladani Rasulullah membawa rahmat, pengampunan, dan keberkahan hidup.
Bayangkan seorang pemuda bernama Farid, yang hidupnya penuh tekanan kerja dan ambisi duniawi. Ia sering gelisah, merasa hidupnya kosong meski sukses secara materi. Suatu hari, ia belajar tentang sunnah Rasulullah dari seorang sahabat, Ibn Abbas RA. Farid mulai meniru kebiasaan sederhana Rasulullah, seperti bangun tidur dengan duduk terlebih dahulu dan berdoa. Dalam hadis riwayat Abu Dawud (no. 1366), Ibn Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah bangun tidur, duduk, lalu mengusap wajahnya untuk menghilangkan kantuk sebelum berdoa. Farid merasakan ketenangan baru, seolah Allah menurunkan rahmat dalam setiap langkahnya.
2. Bangun Tidur ala Rasulullah: Memulai Hari dengan Ikhlas
Cara Rasulullah bangun tidur adalah bagian dari “kurikulum hidup” yang penuh hikmah. Dalam hadis riwayat Abu Dawud (no. 1366), Rasulullah mengajarkan: setelah bangun, duduk terlebih dahulu, usap wajah dengan tangan bersih untuk menghilangkan kantuk, lalu baca doa: “Alhamdulillahilladzi ahyana ba’da ma amatana wa ilaihin-nusyur” (Segala puji bagi Allah yang menghidupkanku setelah mematikanku, dan kepada-Nya aku kembali). Doa ini mengingatkan bahwa hidup adalah anugerah untuk mempersiapkan akhirat.
Farid mulai menerapkan sunnah ini. Dulu, ia bangun tidur langsung memeriksa ponsel atau mandi tanpa sadar. Kini, ia duduk, mengusap wajah, dan membaca doa dengan penuh kesadaran. Ia juga membaca 11 ayat terakhir Surah Ali Imran (3:190-200), seperti kebiasaan Rasulullah, yang mengajarkan tentang tafakur dan kebesaran Allah. Dalam ayat ini, Allah berfirman: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi ulul albab.” Kebiasaan ini membuat Farid memulai hari dengan hati tenang dan fokus pada tujuan akhirat.
3. Ulul Albab: Pribadi Intelektual Beriman
Rasulullah mengajarkan kita menjadi ulul albab—pribadi intelektual yang beriman, selalu merenungi tanda-tanda kebesaran Allah. Dalam Surah Al-Mu’minun (23) ayat 1-9, Allah menyebutkan ciri-ciri ulul albab: khusyuk dalam shalat, menjauhi perbuatan sia-sia, dan menjaga amanah. Ulul albab merencanakan hari mereka dengan ibadah sebagai pusat, memastikan setiap aktivitas mendekatkan kepada Allah.
Farid belajar menjadi ulul albab. Ia mulai merencanakan harinya: shalat Subuh berjamaah, membaca Al-Qur’an satu halaman, dan bersedekah meski hanya Rp5.000. Dulu, ia sibuk mengejar meeting jam 7 pagi, tetapi kini ia memprioritaskan shalat Subuh. Dalam hadis riwayat Bukhari, Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang shalat Subuh berjamaah, maka ia berada dalam jaminan Allah.” Farid merasakan bahwa dengan mengikuti sunnah, hidupnya lebih terarah dan penuh keberkahan.
4. Mengapa Kita Sering Terjebak Ambisi Duniawi?
Banyak dari kita, seperti Farid di awal, terjebak mengejar ambisi duniawi: jabatan, harta, atau ketenaran. Kita lupa bahwa dunia adalah sementara, dan hanya ibadah yang ikhlas membawa keabadian. Dalam Surah Al-Hadid (57) ayat 20, Allah berfirman: “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan sendagurauan, perhiasan dan saling berbangga-bangga antara kamu.” Farid pernah menghabiskan waktu untuk “viral” di media sosial, tetapi kini ia sadar bahwa ketenaran duniawi cepat pudar.
Ibn Abbas, sahabat Rasulullah, mengajarkan Farid bahwa kebanggaan sejati adalah di akhirat. Meski masih anak-anak, Ibn Abbas mengikuti Rasulullah, belajar shalat malam dan doa bangun tidur. Dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang menjadikan akhirat tujuannya, Allah akan memudahkan urusannya.” Farid mulai fokus pada ibadah, bukan pujian manusia, karena hanya amal ikhlas yang abadi.
5. Kurikulum Hidup Rasulullah: Shalat dan Tafakur
Kurikulum hidup Rasulullah adalah panduan sederhana namun mendalam: shalat khusyuk, tafakur, dan menjauhi yang sia-sia. Farid mulai menjalani shalat sunnah, seperti dua rakaat sebelum Subuh dan shalat Dhuha, yang membuat hatinya tenang. Dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang mengerjakan shalat sunnah 12 rakaat dalam sehari, Allah akan membangunkan baginya rumah di surga.” Shalat sunnah menjadi fondasi hidup Farid, mengarahkan setiap tindakannya kepada Allah.
Tafakur, atau merenungkan kebesaran Allah, juga menjadi bagian dari kurikulum ini. Farid membaca Surah Ali Imran (3:190-200) setiap bangun tidur, merenungi pergantian malam dan siang sebagai tanda kekuasaan Allah. Ini membuatnya sadar bahwa setiap aktivitas—kerja, makan, atau istirahat—adalah kesempatan untuk mendekat kepada Allah. Dalam Surah Al-Mu’minun (23) ayat 7, Allah memuji ulul albab: “Mereka yang menjauhi perbuatan sia-sia.” Farid berhenti menghabiskan waktu untuk hal-hal tidak bermanfaat, seperti scrolling media sosial, dan menggantinya dengan zikir dan sedekah.
6. Kisah Ibn Abbas: Teladan Mengikuti Sunnah
Ibn Abbas RA adalah contoh nyata bagaimana mengikuti sunnah Rasulullah membawa cinta Allah. Meski masih kecil, ia mengikuti Rasulullah ke mana pun, belajar cara bangun tidur, shalat malam, dan berdoa. Ia meriwayatkan hadis tentang shalat malam 11 rakaat, termasuk Witir, dalam hadis riwayat Abu Dawud. Kebiasaan ini membentuknya menjadi ulama besar yang menghafal 2000 hadis, membawa keberkahan bagi dirinya dan keluarganya.
Farid terinspirasi oleh Ibn Abbas. Ia mulai shalat malam, meski hanya dua rakaat, dan merasakan kedamaian yang luar biasa. Ia juga mengajak anak-anaknya shalat berjamaah, berharap mereka menjadi seperti Ibn Abbas—kebanggaan akhirat. Dalam Surah Al-Furqan (25) ayat 74, kita diajarkan berdoa: “Ya Tuhan kami, anugerahkan kepada kami pasangan dan keturunan yang menyejukkan hati.” Sunnah Rasulullah menjadi panduan Farid untuk membentuk keluarga yang ikhlas.
7. Langkah Praktis Mengikuti Kurikulum Rasulullah
Bagaimana kita bisa menjalani kurikulum hidup Rasulullah? Berikut langkah-langkah praktis:
a. Bangun Tidur dengan Sunnah
Duduk terlebih dahulu, usap wajah, dan baca doa bangun tidur: “Alhamdulillahilladzi ahyana ba’da ma amatana wa ilaihin-nusyur.” Lanjutkan dengan membaca Surah Ali Imran (3:190-200), seperti diajarkan Rasulullah dalam hadis Abu Dawud.
b. Shalat Khusyuk dan Sunnah
Jaga shalat wajib dengan khusyuk dan tambah shalat sunnah, seperti dua rakaat sebelum Subuh atau Dhuha. Dalam hadis riwayat Muslim, shalat sunnah membawa keberkahan.
c. Rencanakan Hari dengan Ibadah
Seperti ulul albab, rencanakan hari dengan ibadah sebagai pusat: shalat, zikir, dan sedekah. Tanyakan, “Di mana saya akan shalat Dzuhur? Berapa halaman Al-Qur’an yang akan saya baca?”
d. Jauhi Perbuatan Sia-Sia
Hindari aktivitas yang tidak bermanfaat, seperti scrolling media sosial berjam-jam. Dalam Surah Al-Mu’minun (23) ayat 3, Allah memuji mereka yang “menjauhi perbuatan sia-sia.”
e. Berdoa untuk Keikhlasan
Doakan keluarga dan diri sendiri agar ikhlas dalam ibadah. Dalam Surah Ali Imran (3) ayat 31, Allah menjanjikan cinta-Nya bagi yang mengikuti Rasulullah.
8. Dampak Hidup ala Sunnah Rasulullah
Farid merasakan perubahan besar setelah mengikuti kurikulum Rasulullah. Shalat malam membuatnya lebih sabar di tempat kerja, zikir setelah shalat menenangkan hatinya, dan sedekah kecil membawa doa-doa tulus dari fakir miskin. Rumahnya kini penuh kedamaian, karena ia dan anak-anaknya rutin shalat berjamaah. Dalam Surah Ar-Ra’d (13) ayat 28, Allah berfirman: “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenang dengan mengingat Allah.”
Kisah Ibn Abbas menginspirasinya. Meski kecil, Ibn Abbas meneladani Rasulullah hingga menjadi ulama besar. Farid berharap anak-anaknya juga menjadi kebanggaan akhirat, mendoakannya setelah ia tiada. Dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda: “Ketika anak Adam meninggal, terputuslah amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya.”
Penutup: Hidup Ikhlas dengan Sunnah Rasulullah
Mengikuti kurikulum hidup Rasulullah adalah jalan menuju cinta Allah dan ketenangan hati. Al-Qur’an menegaskan dalam Surah Ali Imran (3) ayat 31 bahwa meneladani Rasulullah membawa rahmat dan pengampunan. Mulailah hari ini: bangun tidur dengan sunnah, shalat dengan khusyuk, dan rencanakan hari dengan ibadah. Seperti Farid, jadilah ulul albab yang hidup untuk akhirat. Semoga kita menjadi hamba yang dicintai Allah, hidup penuh berkah, dan bertemu di surga-Nya. Aamiin.
Posting Komentar