Macam-Macam Hidayah: Panduan Memahami Petunjuk Allah dalam Kehidupan
Sumber Photo
1. Hidayah: Anugerah Allah yang Universal
Hidayah adalah petunjuk dari Allah SWT, anugerah yang tak terbatas pada satu golongan. Bukan hanya untuk non-Muslim yang ingin masuk Islam, tetapi juga untuk Muslim yang sudah beriman. Hidayah datang dari Allah, Pemberi Petunjuk, sebagaimana Al-Qur’an, Surah Al-Baqarah (2) ayat 2-5, menyatakan: “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa...” Hidayah tak memerlukan usaha berlebihan atau kreativitas melampaui batas; cukup ikuti petunjuk Allah dengan tulus, maka hidayah akan mengalir.
Jangan rendahkan orang kecil demi menyenangkan yang berkuasa, sebagaimana peringatan dalam Surah Al-‘Abasa (80) ayat 1-10, yang mengoreksi sikap memprioritaskan orang berstatus tinggi sambil mengabaikan yang sederhana. Hidayah adalah hak semua, dan tugas kita adalah menyampaikan dengan adil, tanpa memandang status sosial.
Poin Penting:
- Surah Al-Baqarah (2):2-5 tegaskan Al-Qur’an petunjuk bagi bertakwa.
- Surah Al-‘Abasa (80):1-10 larang rendahkan orang kecil.
- Hidayah anugerah Allah, tak perlu usaha berlebihan.
2. Hidayah bagi Muslim: Meningkatkan Amal Saleh
Hidayah pertama adalah untuk Muslim yang sudah beriman, berbentuk kecintaan meningkatkan amal saleh. Seorang Muslim disebut muslim, lalu mu’min saat beriman. Dengan amal saleh, iman naik menjadi takwa, menjadikan muttakin (orang bertakwa). Surah Al-Baqarah (2) ayat 3-5 menjelaskan: “(Orang bertakwa) yang beriman kepada yang gaib, menegakkan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan...” Amal saleh, seperti shalat, infaq, dan membaca Al-Qur’an, adalah pemicu transformasi dari mu’min ke muttakin.
Hadis riwayat Muslim menyatakan: “Iman itu lebih dari 70 cabang, yang tertinggi adalah La ilaha illallah, dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan...” Hidayah ini mendorong Muslim memperbanyak amal saleh, menjadikan iman lebih kuat, hingga mencapai takwa yang mendekatkan pada Allah.
Poin Penting:
- Surah Al-Baqarah (2):3-5 ajak tingkatkan amal saleh.
- Hidayah Muslim: cinta amal saleh hingga jadi muttakin.
- Iman punya banyak cabang, dikuatkan amal (HR. Muslim).
3. Hidayah Ihsan: Puncak Kesempurnaan Hamba
Hidayah tertinggi adalah ihsan, di mana setiap aktivitas menjadi ibadah dengan kesadaran diawasi Allah. Hadis riwayat Muslim nomor 8 menjelaskan: “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seolah-olah melihat-Nya, dan jika tidak, Dia melihatmu.” Orang muhsin (pelaku ihsan) menjadikan bicara, menatap, makan, dan minum sebagai ibadah. Misalnya, minum air diawali Bismillah, diambil dengan tangan kanan, sesuai sunnah Nabi, sambil merasa diawasi Allah, menjadikan rutinitas bernilai pahala.
Surah Adz-Dzariyat (51) ayat 15-23 mengajarkan latihan ihsan: bangun malam, tahajud, istighfar, dan berinfaq. Konsistensi ini menjadikan seseorang calon penghuni surga, dengan luas minimal seluas langit dan bumi, sebagaimana Surah Ali ‘Imran (3) ayat 133: “Bersegeralah menuju ampunan Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi...” Ihsan adalah puncak hidayah, menjaga hamba dari maksiat.
Poin Penting:
- Ihsan: ibadah seolah melihat Allah (HR. Muslim).
- Surah Adz-Dzariyat (51):15-23 ajarkan latihan ihsan.
- Surah Ali ‘Imran (3):133 janjikan surga luas bagi muhsin.
4. Hidayah bagi Non-Muslim: Jalan Menuju Islam
Hidayah kedua adalah untuk non-Muslim, berupa ketertarikan mengenal Islam, hingga memutuskan masuk agama. Ini sering dikenal sebagai hidayah masuk Islam, seperti seseorang yang tiba-tiba tergerak bertanya tentang Islam, membandingkan dengan keyakinannya, lalu memeluknya. Surah Ali ‘Imran (3) ayat 31 berfirman: “Katakanlah: ‘Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosamu...’” Hidayah ini mengajak mengenal Nabi Muhammad SAW, mengikuti teladannya, hingga cinta Allah turun.
Namun, hidayah ini tak otomatis membuat seseorang sempurna. Banyak Muslim tak shalat, tak zakat, atau tak haji, meski kaya, menunjukkan kurangnya hidayah amal saleh. Hadis riwayat Tirmidzi: “Agama itu nasihat...” Mengaji adalah cara menjemput hidayah, mengingatkan Muslim dan non-Muslim untuk mendekat pada petunjuk Allah, menjalani syariat dengan ilmu.
Poin Penting:
- Surah Ali ‘Imran (3):31 ajak ikuti Nabi untuk cinta Allah.
- Hidayah non-Muslim: ketertarikan masuk Islam.
- Mengaji nasihatkan amal saleh (HR. Tirmidzi).
5. Menjemput Hidayah dengan Ilmu dan Amal
Hidayah tak datang dengan kreativitas berlebihan, tetapi dengan mengikuti petunjuk Allah melalui Al-Qur’an dan sunnah. Surah Al-Humazah (104) ayat 1-3 memperingatkan: “Celakalah setiap pengumpat dan pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya...” Jangan mengejar hidayah demi status atau pamer, seperti di masa jahiliah, ketika harta dipamerkan di Jabal Kubais. Hidayah sejati adalah menjalani syariat—syahadat, shalat, zakat, puasa, haji—dengan ilmu, menjaga checklist keislaman hingga wafat.
Buat menu keislaman: syahadat kuat dengan ilmu, shalat ikuti sunnah Nabi, zakat wujudkan keikhlasan, puasa sunnah perbanyak, dan nabung untuk haji. Hadis riwayat Bukhari: “Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah mudahkan baginya jalan ke surga...” Mengaji, berdoa, dan saling mendukung, seperti membantu pedagang di majelis ilmu, adalah cara menjemput hidayah, menuju pribadi muttakin dan muhsin, sukses dunia-akhirat.
Poin Penting:
- Surah Al-Humazah (104):1-3 larang pamer harta.
- Ilmu mudahkan jalan surga (HR. Bukhari).
- Menu keislaman wujudkan hidayah hingga wafat.
Posting Komentar