Hati hati !! Sibuk di Dunia, tapi Tidak Bermanfaat

Daftar Isi

Sumber Photo

1. Hikmah Penciptaan Manusia dari Kandungan

Al-Qur’an mengajarkan bahwa manusia tercipta melalui proses luar biasa dalam kandungan ibu. “Tumma sabīlā yusrā,” artinya “Kemudian Kami mudahkan jalannya,” menggambarkan bagaimana Allah mempermudah kelahiran. Proses ini diuraikan dalam Surah Al-Hajj (22) ayat 5: “...Kami jadikan segumpal darah, lalu Kami jadikan segumpal daging, kemudian Kami jadikan tulang-belulang, lalu Kami bungkus tulang-tulang itu dengan daging...” Tahapan ini juga dijelaskan di Surah Al-Mu’minun (23) ayat 12-16, dari setetes mani hingga menjadi manusia sempurna.

Bagi yang mendambakan keturunan, ada panduan dalam Al-Qur’an. Surah Ali ‘Imran (3) ayat 38-39 menceritakan doa Nabi Zakaria: “Ya Tuhanku, berilah aku keturunan yang baik dari sisi-Mu...” Doa ini bisa diamalkan saat tahajud. Doa lain ada di Surah Maryam (19) ayat 1-10, disertai amalan sedekah seperti di Surah Al-Anbiya (21) ayat 89-90: “...Maka Kami kabulkan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung...” Refleksi ini mengajak kita bersyukur atas anugerah Allah.

Poin Penting:

  • Surah Al-Hajj (22):5 dan Al-Mu’minun (23):12-16 jelaskan proses penciptaan.
  • Doa Nabi Zakaria di Surah Ali ‘Imran (3):38-39 untuk memohon keturunan.
  • Sedekah dan doa di Surah Al-Anbiya (21):89-90 membuka keberkahan.

2. Rendah Hati Merenungi Asal-Usul

Manusia berasal dari mani yang mahal, sesuatu yang kecil dan sederhana, lalu bergabung dengan ovum. Namun, Allah berikan rahmat, merawat di dalam rahim, memberi makan, oksigen, dan nafas hingga lahir. “Siapa yang memberikan makanannya? Siapa yang mengatur jalan kotorannya keluar? Siapa yang memberikan nafas pada dirimu?” Pertanyaan ini mengajak kita merenung. Surah Al-Mu’minun (23) ayat 12-16 mengingatkan betapa Allah menjaga kita sejak dalam kandungan, lalu dilahirkan dan disambut kebahagiaan keluarga.

Dari asal yang rendah, mengapa manusia menjadi angkuh? “Tumma sabīlā yusrā” menunjukkan Allah memudahkan jalan kelahiran, namun sering kali manusia mempersulit orang lain. Misalnya, dalam proses kelahiran, jika memungkinkan secara normal, seharusnya tidak dipersulit demi keuntungan. Sikap rendah hati dan bersyukur atas penciptaan ini mencegah kita dari arogansi dan mendorong tindakan yang penuh kasih.

Poin Penting:

  • Manusia berasal dari sesuatu yang kecil, dirawat Allah di rahim.
  • Surah Al-Mu’minun (23):12-16 ajak renungi asal-usul kita.
  • Hindari sikap angkuh, bersyukurlah atas anugerah penciptaan.

3. Mudahkan, Jangan Persulit Hidup Orang Lain

Makna “Tumma sabīlā yusrā” ada dua: Allah memudahkan kelahiran dan menunjukkan jalan kebaikan serta keburukan. Ini terdapat dalam Surah Al-Insan (76) ayat 3: “Sesungguhnya Kami telah menunjukkan kepadanya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur.” Jika Allah memudahkan, mengapa manusia mempersulit? Contohnya, dalam dunia medis, jika seseorang bisa sembuh dengan cara sederhana dan murah, jangan dipersulit dengan tindakan mahal demi target atau keuntungan.

Kisah nyata menunjukkan seseorang yang pintar, awalnya hanya flu, namun diberi obat berlebihan hingga sakit telinga, gangguan saraf, bahkan dirujuk ke rumah sakit jiwa. Ini akibat tindakan yang tidak bertanggung jawab. Profesi apapun, dari medis hingga lainnya, harus memudahkan, bukan mempersulit, karena tindakan yang merugikan orang lain membawa dosa besar dan hilangnya keberkahan.

Poin Penting:

  • Surah Al-Insan (76):3 tunjukkan jalan kebaikan dan keburukan.
  • Mudahkan hidup orang lain, jangan kejar keuntungan semata.
  • Tindakan merugikan orang lain berisiko dosa besar.

4. Fitrah Manusia: Lembut dan Tampak

Istilah “insan” dan “jin” dijelaskan dalam Al-Qur’an. Surah Al-Insan (76) ayat 1-3 menyebut “insan” sebagai manusia yang tampak, lembut, dan ramah, berlawanan dengan jin yang tersembunyi dan cenderung kasar. Jin yang menampakkan diri menyalahi fitrah, begitu pula manusia yang suka sembunyi-sembunyi, misalnya menyembunyikan sesuatu dari pasangan atau teman, menandakan masalah dalam hati.

Fitrah manusia adalah kelembutan. Bayi lahir dengan sifat lembut, membuat orang tersenyum dan bahagia. Dulu, di era 90-an, iklan TV menunjukkan cucu memecahkan barang, tapi nenek justru tertawa melihatnya berdiri. Namun, mengapa setelah besar menjadi kasar? Membaca Al-Qur’an mengajak kita malu, merenungi kelembutan fitrah, dan menjauh dari sifat kasar yang tidak sesuai ciptaan Allah.

Poin Penting:

  • Surah Al-Insan (76):1-3 bedakan insan (lembut) dan jin (tersembunyi).
  • Fitrah manusia lembut, disayang sejak lahir.
  • Kembalilah ke kelembutan, jauhi sifat kasar.

5. Sibuk Dunia Harus Penuh Manfaat

Manusia sering sibuk dari bangun tidur hingga tidur lagi, tapi apakah bermanfaat? Al-Qur’an mengajak berbuat amal saleh, “Wa amiluṣ-ṣāliḥāti,” artinya mengerjakan perbuatan yang bermanfaat. Bukan hanya ibadah, tapi interaksi sehari-hari harus bernilai: di keluarga, terasa manfaat sebagai orang tua bagi anak, atau pasangan bagi suami/istri. Kesibukan dunia tanpa manfaat hanya melelahkan tanpa keberkahan.

Surah Al-Insan (76) ayat 3 mengingatkan kita memilih jalan kebaikan. Introspeksi diperlukan: jika sibuk tapi tak memberi manfaat, apa gunanya? Hidup harus selaras dengan fitrah lembut insan, menghindari sikap angkuh, dan memastikan setiap kesibukan membawa kebaikan bagi diri, keluarga, dan masyarakat, demi meraih berkah dunia dan akhirat.

Poin Penting:

  • Kesibukan harus bermanfaat, disebut amal saleh.
  • Berikan manfaat di keluarga dan lingkungan sehari-hari.
  • Surah Al-Insan (76):3 ajak pilih jalan kebaikan.

Posting Komentar