Bagaimana Metode Agar Anak Mau Menghafal Al-Qur'an

Daftar Isi


Sumber Photo

1. Niat yang Benar: Fondasi Menghafal Al-Qur’an

Ustadz Adi Hidayat mengawali ceramahnya dengan menekankan pentingnya niat yang benar jika ingin menghafal Al-Qur’an. Ciri orang yang berniat serius ada dua. Pertama, dia menempatkan hafalan sebagai prioritas dalam hidupnya. Ustadz menceritakan adanya program seperti di Loni Center, di situ ada kegiatan menghafal Al-Qur’an yang sudah tersambung dengan 24 negara. Ada 100 pembimbing, laki-laki dan perempuan, menemani, bahkan dengan metode online. Ada tiga metodenya: tatap muka langsung, via telepon, atau mengirimkan hafalan melalui voice note untuk dinilai.

Pembimbing akan bertanya, “Anda sehari punya waktu berapa dengan Al-Qur’an? 5 menit, 10 menit, 15 menit, 1 jam?” Nanti dihitungkan berapa lama Anda akan hafal Al-Qur’an berdasarkan durasi sehari, apakah dalam beberapa bulan atau tahun. Jika hanya 5 menit, proses hafalan akan lebih lambat. Niat yang tulus adalah kunci, karena dengan menjadikan Al-Qur’an prioritas, anak dan orang tua dapat bersama-sama meraih keberkahan dari hafalan ini.

Poin Penting:

  • Niat yang benar menjadikan Al-Qur’an prioritas dalam hidup.
  • Metode menghafal bisa tatap muka, telepon, atau voice note.
  • Waktu harian bersama Al-Qur’an menentukan kecepatan hafalan.

2. Konsistensi dan Kesungguhan untuk Anak

Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa setelah niat, diperlukan konsistensi dan kesungguhan. Ketika Anda menempatkan, misalnya, jam 19.20 untuk murajaah, konsisten murajaah di waktu itu. “Pak sainkan dari kita untuk hadir di situ,” ujar Ustadz, menekankan komitmen. Saat konsisten, anak akan merasakan kenikmatan mengulang. Lintas waktu, lintas keadaan, dari hotel ke sini masih bisa mengulang, jalan dari depan, buka pintu ke sini masih bisa ngulang, salaman sama Anda masih bisa murajaah, saat duduk atau tiduran masih bisa mengingat, karena terbiasa.

Sesuatu yang terbiasa jadi habit, tak kita minta pun dia keluar sendiri. Ustadz menegaskan, jika ingin sukses, lakukan dengan sungguh-sungguh dan benar. Ada tahapan konsistensi, dari level 1 hingga 10, tapi intinya cari motivasi terbaik. “Anda kenapa menghafal Al-Qur’an?” Motivasi ini bisa untuk anak, agar mereka cinta Al-Qur’an, sekaligus membahagiakan orang tua dengan prestasi spiritual.

Poin Penting:

  • Konsistensi waktu murajaah membentuk kebiasaan menghafal.
  • Kesungguhan membuat hafalan menjadi bagian alami kehidupan.
  • Motivasi kuat mendorong anak sukses menghafal Al-Qur’an.

3. Peran Orang Tua dalam Mengajak Anak Menghafal

Ustadz Adi Hidayat menyoroti peran orang tua dalam mendorong anak menghafal Al-Qur’an. Ada yang dikerjakan anak, tapi didahului orang tua. Kalau ingin anak Anda saleh, maka orang tua berubah jadi saleh dulu. Kalau ingin anak menjadi penghafal Al-Qur’an, maka orang tua berusaha untuk berinteraksi dengan Al-Qur’an, walaupun hanya sekejap baca. Ustadz menceritakan kisah Muad, seorang anak tunanetra berusia 4 tahun. Bapaknya orang biasa, cuma punya motor bekas, tapi ingin anaknya di penghafal Al-Qur’an.

Bapaknya bisa membeli, modifikasi motornya supaya dashboardnya bisa disimpan catatan menghafal, di bawah anaknya dibonceng kurang lebih 20 kilometer untuk belajar Al-Qur’an. Bapaknya berusaha membiasakan diri, walaupun hanya baca, ulang, dicatat apa yang dihafal, disimpan di dashboard, sambil jalan anaknya suruh baca. Hasilnya, anaknya hafal Al-Qur’an, ayahnya tidak, tapi Allah mudahkan anak itu berkat kesungguhan orang tuanya. Ikhtiar orang tua, seperti kisah Maryam dan Imran, memantik kemudahan untuk anak.

Poin Penting:

  • Orang tua saleh menginspirasi anak menjadi penghafal Al-Qur’an.
  • Kesungguhan orang tua membuka kemudahan dari Allah untuk anak.
  • Ikhtiar sederhana orang tua berdampak besar pada hafalan anak.

4. Menghafal Al-Qur’an Lewat Dunia Anak

Ustadz Adi Hidayat mengajak orang tua mengenalkan Al-Qur’an melalui dunia anak. Bisa saya kasih dia senang cerita, saya kasih cerita dulu, kasih isi Al-Qur’an dulu, setelah tahu isinya, baru kemudian dia baca. Dia tahu, “Oh, ini yang tadi diceritakan tadi malam,” maka senang dia menghafal. Sekarang dia main mobil-mobilan, kami kasih 5, kami menjadikan yang satu jadi imam, belakang makmum. Waktunya adzan, “Wah, wah, Allahu Akbar, masjid zamping. Eh, mobil, semua, ayo!”

Sudah adzan dulu, kamu jadi imam, yang satu jadi makmum, yang satu adzan, satu iqamah. Dengan dunia yang apa-apa, dia senang mainan, misalnya ada Tayo, ada macam-macam, dan sebagainya. Kita beli saja, kita desain, misalnya gambarnya ini, jadi dia bawa itu, dia belajar salatnya. Biarkan dengan dunianya, karena anak-anak tidak ada isabnya. Pendekatan ini membuat anak senang, tidak terbebani, dan termotivasi menghafal Al-Qur’an dengan cara yang menyenangkan.

Poin Penting:

  • Ceritakan isi Al-Qur’an untuk menarik minat anak menghafal.
  • Gabungkan dunia bermain, seperti mobilan, dengan belajar Al-Qur’an.
  • Pendekatan menyenangkan membuat anak semangat tanpa beban.

5. Motivasi Orang Tua dan Anak Bersama

Ustadz Adi Hidayat menutup dengan pesan bahwa anak yang mau menghafal Al-Qur’an membutuhkan dukungan orang tua. Tapi kalau anak sudah mau menghafal, bapaknya belum tergerak, ibunya belum tersentuh, Ustadz mengajak orang tua untuk memulai. Walaupun hanya membaca sedikit, ikhtiar ini menjadi teladan. Orang tua yang berinteraksi dengan Al-Qur’an menanamkan cinta dan semangat pada anak, menciptakan lingkungan keluarga yang penuh keberkahan.

Hafalan anak tidak hanya menjadi prestasi, tetapi juga amal jariyah yang mengalirkan pahala bagi orang tua. Dengan niat tulus, konsistensi, dan pendekatan yang sesuai dunia anak, proses menghafal menjadi menyenangkan. Ustadz menegaskan bahwa kolaborasi antara orang tua dan anak, didasari kesungguhan, akan menjadikan Al-Qur’an cahaya dalam kehidupan keluarga.

Poin Penting:

  • Orang tua harus memulai interaksi dengan Al-Qur’an sebagai teladan.
  • Hafalan anak membawa keberkahan dan pahala bagi keluarga.
  • Kolaborasi orang tua dan anak menjadikan Al-Qur’an cahaya hidup.

Posting Komentar